Cerita Pasutri langit
Sudah lama aku tak melihatnya dilangit, biasanya dia sering menari atas awan ini, tapi dari Minggu yang lalu hingga saat ini sudah lama aku tak melihatnya lagi. Biasanya awan ini selalu berkibas ke Utara, selatan, berbagai arah. Sekarang awan yang sama tak terlihat bergerak bahkan terlihat gemuk Karna tak ada lagi yang mencoba menari di atas nya. Aku khawatir dan aku mencoba turun awan yang biasa ia singgahi. benar saja aku melihatnya menangis sendirian di atas tanah yang kosong, ku melihatnya sedang duduk bersimpuh dengan sisa satu sayap dan sisanya lagi entah pergi kemana. Aku menghampirinya dan mencoba bertanya kepada dirinya "kamu kenapa disini?, kemana satu sayap mu" kamu menjawab "Aku kehilangan separuh sayap ku" ujarnya yang menangis dibawah langit itu, dirinya ingin kembali menyentuh awan. katanya, ia merindukan terbang bebas di atas langit, memeluk lembutnya awan dan menari-nari di atasnya, lalu aku sadar saat aku membantunya untuk terbang dengan mengendong dirinya, rasanya takkan sama seperti saat dia yang terbang dengan sayapnya sendiri. "Kenapa kamu tidak menetap disini lebih lama" ujar ku, dan terlihat jelas dirinya tidak senang dengan jawaban ku "maksud mu apa" terlihat, jika dia seperti kebingungan dan kesal mendengar perkataan ku, dan aku mencoba menjelaskannya "maksudku langit yang kamu simbol kan sebagai kebahagiaan, rasanya takkan sama jika kamu terbang menggunakan sayap orang lain" saat itu terlihat jelas lagi di wajah mu jika kamu tidak senang dengan perkataan ku, sambil berkata "jika begitu bagaimana aku bisa terbang lagi, jika sayapku sudah putus dan tak akan bisa tumbuh lagi". Aku menatap dia sambil tersenyum. aku berbicara pelan agar tidak menyinggung hatinya yang begitu rapuh saat itu "percayalah di langit tak selamanya indah, kadang ia juga bisa hujan dan petir, tak ada salahnya mencari kebahagiaan yang baru, contohnya disini. ditempat kita berpijak diatas tanah ini. emang terkadang disini juga ada gempa, longsor, banjir mungkin, ataupun ada juga tanah yang berkerikil dan tandus. Tapi jika kamu sabar mencari indahnya permukaan, kamu akan menemukan keindahan yang ada disini tapi tidak ada di langit. seperti disini kamu bisa melihat cerah nya awan, silaunya matahari, indahnya senja, menawan nya bintang dan damainya bulan." Dia terdiam sejenak seakan dirinya sudah mengetahuinya, wajar saja dia sudah ada di sini selama seminggu. Pasti ia sudah pernah melihat mentari terbit dan tenggelam, di temani cahaya bintang yang lembut, dan bulan yang cahayanya menenangkan. Kamu kembali berkata "aku merasa sendirian, mungkin nanti kamu akan pergi kembali ke langit dan aku, akan tinggal sendirian disini" aku menjawab "jika aku menetap disini bersamamu bagaimana? Mungkin aku bisa membawa mu ke dataran tinggi disana, disana pasti lebih indah dari sini. Atau membantu mu menyeberangi sungai dan menemani mu berbicara. Tapi jangan kepedean dulu, aku hanya gak ingin kamu menikmati keindahan disini sendirian. Aku juga ingin menikmatinya, kan tanah ini bukan milik mu doang." dia tidak menjawab sepatah kata mu, tapi terlihat jelas diraut wajahnya, dia terlihat lebih tenang. Karna ia tak perlu merasa kesepian, hingga akhirnya aku menemaninya dari awal. ia yang tidak menyukai ada disini, hingga menjadi sangat suka tinggal disini, yang awalnya ia merasa kesakitan saat memijak pasir hingga akhirnya akhirnya ia sangat menyukainya dan bahkan menari di atas nya.
Comments
Post a Comment